Tuesday, May 24, 2011

PesimiskaH SabaR?

Seseorang Itu Akan Memusuhi Apa Yang Tidak Diketahuinya……….

Oleh sebab itu penting sekali bagi kita untuk memahami apa erti sabar yang sebenarnya. Sabar dari segi bahasa ertinya menahan atau mengekang. Dari segi praktiknya pula bermaksud menahan atau mengekang daripada berkeluh kesah dan sedih dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukainya..

Lawan sifat sabar adalah BERKELUH KESAH….

Sifat sabar sangat penting dalam kehidupan kerana apa yang berlaku pada diri kita tidaklah sentiasa secocok atau selaras dengan apa yang kita inginkan. Kita bukan Tuhan, kita hanya hamba-Nya. Banyak perkara yang berlaku pada kita adalah perkara yang kita tidak ingini, harapkan dan jangkakan, Jadi apakah jalan keluar? Tidak lain hanya dengan sifat sabar sahaja membolehkan kita mampu menghadapi semua itu tanpa rasa kesal, kecewa, bimbang dan dukacita.

Sabar itu bukan sahaja satu tuntutan syariatullah (hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk dipatuhi oleh manusia), malah ia adalah satu sunatullah (hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk mengatur seluruh alam dan kehidupan). Seluruh alam ini dicipta dan diatur atas tapak sabar. Langit dan bumi diciptakan oleh Allah penuh dengan kesabaran yakni dalam tempoh enam masa, padahal Allah mampu menjadikannya hanya dengan sekelip mata.

Matahari terbit daripada timur sedikit demi sedikit untuk tenggelam disebelah barat. Tumbuh-tumbuhan juga tumbuh sedikit demi sedikit, daripada anak benih hinggalah berbatang, berdahan, beranting, berdaun dan kemudian berbuah mengikut musim tertentu. Begitu juga dengan penciptaan haiwan, manusia dan segalanya.

Apabila menyentuh soal sabar, ertinya kita menyentuh soal keimanan. Firman Allah s.w.t yang bermaksud:

“Dan orang-orang yang sabar dengan musibah, penderitaan dan peperangan, mereka itulah orang yang benar imannya dan mereka itulah orang yang bertaqwa.” (Surah Al-Baqarah: 2: 177)

Ertinya tanpa ilmu tidak akan ada kesabaran. Iman itu bukan sekadar ilmu di kepala, ucapan di mulut, tetapi ia soal keyakinan dalam hati serta dibuktikan dengan perbuatan. Apabila pesan sabar diluahkan, ia sekaligus merupakan pesanan yang berkaitan dengan soal keimanan kepada Allah dan hari akhirat. Allah menyebut tentang sabar lebih daripada 90 tempat dalam Al-Quran. Ini menunjukkan betapa perlunya sifat tersebut untuk dimiliki oleh setiap manusia. Tanpa sabar tidak akan ada kejayaan di dunia dan akhirat.

Berpesan-pesan atas kesabaran tidak boleh dianggap jumud, menyerah atau eskapisme. Sabar juga bukan satu sifat pesimif dan tidak produktif.

Orang-orang yang beriman akan mendapat kekuatan daripada pesan sabar. Hatinya mampu mengaitkan apa yang sedang di hadapinya dengan ketentuan Allah. Apabila berlaku sesuatu musibah pada dirinya, dia dapat menerima dan menghadapinya dengan baik kerana menyedari hakikat berikut:

Pertama, yakin akan mendapat pahala tanpa batas daripada Allah

Firman Allah s.w.t yang bermaksud:

“Sesungguhnya hanya orang yang bersabar yang dicukupkan pahala bagi mereka tanpa batasan”. (Surah Al-Zumar 39: 10)

Kedua, mendapat berita gembira dengan rahmat dan petunjuk Allah

Firman Allah yang bermaksud:

“Dan berikanlah khabar gembira kepada orang yang sabar, yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, “kami milik Allah dan kepada-Nya jua kami akan dikembalikan” mereka itulah yang akan mendapat rahmat daripada tuhan-Nya dan merekalah orang yang akan mendapat petunjuk”. (Surah Al-Baqarah 2: 155-157)

Ketiga, diampunkan segala dosa

Dia faham bahawa ujian yang didatangkan oleh Allah kepada-Nya adalah jalan pembersihan terhadap dosa-dosa yang dilakukannya. Jadi dia tahu kepahitan ujian itu hakikatnya adalah ubat kepada penyakit-penyakit hatinya.

Keempat, mendapat syurga di akhirat kelak

Firman Allah yang bermaksud:

“Dan para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkannya), keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. (Surah Al-Ra’d 13: 23-24).

Seorang yang kematian anak misalnya, akan digembirakan oleh Allah menerusi janjinya yang disampaikan oleh baginda Rasulullah s.a.w, mafhum sabda baginda:

“Jika anak seorang hamba mati, Allah berkata kepada malaikat-Nya: “Engkau telah mengambil nyawa anak daripada hamba-Ku? Mereka menyatakan: Ya,’ Allah kemudian berkata: Ia memuji-Mu dan beristija, Maka Allah berkata: ‘Dirikanlah sebuah rumah di syuga buat hamba-ku dan berikanlah nama dengan Baitul Hamd (rumah pujian)”. (Riwayat Al-Tirmizi daripada Abu Musa Al-Ash’ari).

Jika langit hendak runtuh

Bagaimana jari hendak menahannya

Kita hamba dibatasi takdir

Disitulah nokhtah segala tadbir

Hitungkan laut kesyukuran

Dipinggir pantai kesabaran

Carilah hikmah tuailah iktibar

Sabarlah dalam bersabar

Betapa pun terasa pahit

Janganlah hendaknya tercalar tauhid

Sesungguhnya sabar itu indah

Didikan terus daripada Allah

Ujian itu penebus dosa

Meningkatkan darjat

Menambahkan pahala

Bingkisan tazkirah daripada yang Esa

Bagai ombak..

Penghias samudera.

Sabar itu indah by PahrolMuhamad Juoi

Monday, May 16, 2011

When Does a Woman Become More Beautiful?

One day, Myself - forever forbidding me from good, and enticing me into evil - asked me, “When does a woman become more beautiful in your eyes?”

I asked, “Why do you want to know?”

Myself said, “If I tell you, will you answer my question? ”

I said, “Yes!”

Myself said, “Satan - our grand teacher - is making a survey of what makes the woman more beautiful in the eyes of men”

I asked, “What's this survey for?”

Myself said, “He wants to make an encyclopedia that will be distributed among the Satans of mankind and Jinn. He wants our approach to be more scientific! Now tell me, when does the woman become more beautiful in your eyes?”

I asked, “Do you have ways of making a woman more beautiful in the eyes of men?”

Myself said, “Yes, there are many ways, mannerisms and looks. Each man has his own inclinations”

I said, “Perhaps you could mention to me some of these and I will choose!”

“OK! Do you prefer a fair or dark woman?” “Neither!”

“Do you like the one with long or short hair?” “Neither!”

“The thin or fat one?” “Neither!”

“Do you like the one who uncovers her hair?” “NO!”

“Do you like the one who wears tight and short clothes” “NO!”

“What about the one who uncovers her shoulders and thighs?” “No way!”

“What about the one who sways from side-to-side while walking, strikes the floor with her high heels and speaks softly to men??” “NO!”

“You didn't like any of the ones I mentioned to you? I can't think of anything else?” “Really? Try to remember!”

....(silence)... then Myself smiled slyly, “YOU WICKED!! You like a woman when she is wearing a bikini?!!”

“Yuck! No!!”

....(silence)... then Myself smiled again, “You evil man!” “What?”

“You like the woman who shuts the door and says come?” “NO!”

“I've run out of suggestions; you tell me what makes a woman more attractive to you?”

“OK! When the woman blushes and goes all red”

“Goes all red? I don't understand?”

“She becomes more beautiful when she lowers her gaze”

“Lowers her gaze?!! What's wrong with you? Speak clearly!”

“The woman becomes more attractive, when she becomes more modest and shy. Modesty is the thing that attracts me and many other men. The more a woman is modest the more attractive she becomes....Do you understand??”

This article is loosly adapted from the Arabic original - written by Ibn Muhammad - found athttp://www.islamway.com/ara/articles.php?article_id=105

By: http://english.islamway.com/bindex.php?section=article&id=213


Unnecessary Obstacles to Marriage..

Sheikh Salman al-Oadah

Young women have many hopes and dreams. Among the most important of these dreams focus upon their future husbands, the men who are going to be their partners through the long and arduous journey of life. Some girls want their husbands to be young and handsome. Others prefer men who are gentle and romantic. Still others want their husbands to be rich or famous.

These dreams are sometimes beset by obstacles that prevent the young woman from ever realizing them, obstacles to marriage that are uncalled for and unnecessary. Among the most important of these are the following.

1. Studies: This can take many years, depending on the program of study undertaken and the desired degree goals. In truth, a woman's marriage is not incompatible with her furthering her studies. What it needs is for there to be an understanding from the onset between the husband and wife about the matter of her studies.

I see this as part of facing up to our changing circumstances. There are many destructive influences that beset our young men and women today. The mass media has an overwhelming effect. The world is more open. Early marriage has become more of a necessity for our young men and women than it has ever been before. It needs to be given priority. A young woman should give the matter her attention, as should her parents.

2. The father: A father may turn away prospective suitors for his daughters for many reasons. These reasons might be financial or cultural. Sometimes the father insists that his daughter marry one of her cousins or no one else.

Consider the following examples:

- A woman over thirty years of age complains that her father has a distorted sense of his own greatness and sees himself as a man of considerable importance and status. He refuses to marry his daughter to anyone except a man who satisfies his standards. Such a man will never come.

- A university graduate who works and is obliged to give her monthly salary over to her father in full is prevented by her father from ever marrying for reasons that are obvious.

A father prohibiting his daughter from marriage is a terrible crime that makes the skin crawl. Even if the father's faith is weak and he is not God-fearing, we would think that he would have some humanity or mercy in his heart. We find more mercy exhibited by wild animals for their children. While this father sleeps comfortably in his room with his wife at his side, his grown daughters are tossing and turning restlessly in their beds, because they are being denied the greatest of physical blessings that Allah has placed within us the drive to seek out.

Allah is speaking to every believer when He says: “Do not prevent them from marrying their husbands if it is agreed between them in kindness. This is an admonition for him among you who believes in Allah and the Last Day. That is more virtuous for you, and purer. Allah knows and you know not.” [Sûrah al-Baqarah : 232]

So where are those who believe in Allah and the Last Day?

Preventing one's daughters from marrying suitable men with whom they are pleased is a serious form of oppression. Friends and relatives need to intervene in order to help those women and free them from their confinement. If this does not happen, then the courts need to intervene. Social and governmental agencies should be mobilized to protect women who are being prevented from marriage and confront the transgression of those fathers.

It is true that most fathers are merciful and feel compassion for their daughters and it is allowed for them to prevent their daughters from marrying certain suitors when they have a valid reason to do so. However, there are situations – though they may be few in number, they are seriously painful for the women involved – where outside intervention is needed. In many cases, the daughter will be unable to speak up in her own defense or voice a complaint. This is because she fears destroying her relationship with her father or fears that her reputation will be tarnished. She might not have any opportunity to leave her from home in the first place or to speak to anyone who can air her grievances on her behalf. In this way she can spend her whole life and waste her youth in bitter waiting.

3. The man: The young man who wishes to get married wants a beautiful wife, and beauty to him is what his eyes have grown accustomed to seeing in the movies and on television. He wants her to be fair of complexion, tall, and young. He wants her to have the beauty of a fashion model, the piety of the Prophet's Companions, and the wealth of a tycoon, without him having to exert any effort on his part. He needs to come down to Earth.

This may be one of the negative effects of constantly watching movies and programs that cause our young people to live in a fantasy world that has no connection whatsoever with reality. Even if a young man lowers his unrealistic standards, he remains in distress and this puts a strain on his future relationship with his wife.

Allah tells us: “O ye who believe! Follow not Satan's footsteps: if any will follow the footsteps of Satan, he will (but) command what is shameful and wrong.” [ Sûrah al-Nûr : 21]

4. Exuberant costs: Heavy expenditures for marriage as well as numerous and excessive material demands place a great burden upon the shoulders of young men, forcing them to turn away from the prospect of marriage. In Saudi Arabia , many tribal leaders have taken the judicious initiative to place an upper limit on marital expenses, determining a limit that is according to custom and that is reasonable. It is an initiative that deserves both our support and praise.

Al-Watan Newspaper has recently said that there are over 1.5 million spinsters in Saudi Arabia . Perhaps these statistics are not wholly accurate; however they do indicate that there is a genuine problem.

The postponement of marriage is a hindrance that everyone must work together to solve. It has to be addressed publicly by scholars, orators, intellectuals, public figures, and reformers. The means to marriage need to be simplified. Institutions need to be established to facilitate marriages materially, socially, and on a personal level.

From: http://english.islamway.com/bindex.php?section=article&id=335

~how to solve????complex!~


Friday, May 6, 2011

Adab bergurau


Bergurau memang seronok. Kadang-kadang, bergurau boleh membuatkan suasana kelas yang muram menjadi ceria. Yang sepi bertukar gawat terutamanya waktu nak dekat 'exam'. Gurau senda jugalah yang menjadi penambah perisa dalam tautan ukhwah. (tak kira lah sama ada di samping keluarga atau sahabat handai**)

Adapun, setiap perkara tentulah ada batasnya. Tidak kiralah kegembiraan, kesedihan, lawak jenaka, gurau senda atau apa sahaja. Jikalau berlebihan tanpa batas, hidup boleh jadi huru-hara!

Namun, Islam itu cukup cantik. Allah S.W.T. tidak pernah membiarkan umatNya terbiar tanpa panduan. Al-Quran dan As-sunnah itu sentiasa ada untuk menjadi rujukan kita. Dalam hal ini, Dr. Yusuf Qardawi ada meletakkan 5 syarat untuk bergurau senda.


1. PERKARA YANG HENDAK DICAKAPKAN ITU BUKANLAH SESUATU YANG BOHONG HANYA SEMATA-MATA SUPAYA MANUSIA KETAWA.

Nabi SAW bersabda:

ويل للذي يحدث فيكذب ، ليضحك القوم ، ويل له ، ويل له

"Celaka orang yang bercakap kemudian berbohong supaya manusia ketawa. Celakalah dia dan celakalah dia." (HR Ahmad dan ad-Darimi)

Dalam berbicara, kita dilarang sama sekali menokok tambah dan berkata perkara-perkara yang tidak benar.


2. TIDAK MENGANDUNGI PENGHINAAN TERHADAP SESEORANG MELAINKAN ORANG TERSEBUT MENGIZINKANNYA.

Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman. Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain. Boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujurat: 11)

Nabi SAW bersabda:

بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

"Cukuplah seorang itu melakukan kejahatan apabila dia menghina saudaranya semuslim." (HR Muslim - sahih)

Ada masanya kita tak sedar perkara yang kita sangka hanya satu gurauan terhadap sahabat kita, sebenarnya telah mengecilkan hatinya. Jangan sesekali menganggap semua insan adalah seperti kita; tidak merasa apa-apa bila diejek. Masing-masing punya perasaan tersendiri. Jika ada kekurangan pada diri sahabat, tegurlah dengan cara yang baik. Gurauan yang melampau boleh menjadi asbab kepada putusnya sillaturrahim. Maka, berhati-hatilah.


3. MELAWAK YANG TIDAK MENAKUTKAN ORANG LAIN.

Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Sesungguhnya kami bersama Rasululah SAW di dalam satu perjalanan. Seorang lelaki mengantuk di atas tunggangannya. Seorang lelaki lain mengambil anak panah dari busurnya dan mengejutkan lelaki yang mengantuk yang menyebabkan dia terperanjat.

Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

"Haram bagi seorang lelaki menakutkan orang Islam." (HR Thabrani - sahih)

Nabi SAW bersabda:

لا يأخذن أحدكم متاع أخيه لاعبا أو جادا

"Janganlah kamu mengambil barang kepunyaan saudara seIslamnya dengan niat melawak ataupun betul-betul." (HR Ahmad - sahih)

Gurauan yang tidak kena pada tempatnya juga adalah sangat ditegah. Malah nabi sendiri mengharamkan kita untuk menakut-nakutkan saudara seIslam kita. Berpada-pada lah dalam bergurau. Setiap benda ada hadnya kerana jika tidak memikirkan kesan gurauan yang sepatutnya, hiburan boleh menjadi bala. Maka, berhati-hatilah.

4. JANGAN BERGURAU PADA PERKARA YANG PERLU SERIUS.

Dalam Islam ada 3 perkara yang dianggap diambil hukumnya walaupun dalam keadaan melawak.

Nabi SAW bersabda:

ثلاث جدهن جد وهزلهن جد: النكاح والطلاق والعتاق

"Tiga perkara yang mana diambil hukumnya samada dalam keadaan melawak ataupun serius: nikah, cerai, membebaskan hamba." (HR Abu Daud, at-Tarmizi dan Ibnu Majah - sanadnyaHasan)

Sesungguhnya Allah telah mencela orang2 musyrikin yang ketawa ketika mendengar al-Quran. Firman Allah S.W.T.:

"Adakah kamu hai musyrikin rasa hairan dengan ayat2 suci al-Quran? Kamu ketawa ketika mendengarnya, tidak menangis ketika mendengarnya dan kamu dengar dalam keadaan lalai."(59 – 61 : an-Najm)

5.
HENDAKLAH MELAWAK SEKADAR PERLU DAN TIDAK BERLEBIHAN.

Nabi SAW bersabda:

فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحْكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ وَلا تُكْثِرْ مِنَ الضَّحْكِ

"Janganlah kamu banyak ketawa. Sesungguhnya banyak ketawa boleh mematikan hati."
(Hr Ahmad dan Ibnu Majah – sanad hasan)



IKTIBAR KISAH RASULULLAH S.A.W.

Etika melawak dan bergelak ketawa.

Islam tidak melarang untuk kita berseronok dengan melawak dan bergelak ketawa. Lihatlah bagaimana kisah Rasulullah bergurau dengan seorang wanita tua.

Wanita itu berkata baginda "Doalah kepada Allah supaya Dia memasukkan aku ke dalam syurga." Baginda menjawab "Wahai ibu, sesungguhnya orang tua tidak masuk ke dalam syurga." Perempuan itu balik dan menangis. Baginda saw bersabda:

أخبروها أنها لا تدخلها وهي عجوز إن الله تعالى يقول إنا أنشأناهن إنشاء فجعلناهن أبكارا عربا أترابا

Maksudnya: "Beritahulah kepadanya bahawa dia tidak masuk ke dalam syurga dalam keadaan masih tua. Sesungguhnya Allah berfirman " Sesungguhnya kami mencipta wanita-wanita syurga dengan penciptaan yang baru. Kami jadikan mereka dalam keadaan dara, yang amat mengasihi suaminya dan yang sebaya dengannya." (Hr Tirmizi dan al-Baihaqi dgn sanad yg hasan)

Abu Hurairah telah meriwayatkan: Para sahabat berkata "Wahai Rasulullah sesungguhnya kamu bergurau senda dgn kami." Baginda menjawab:

نَعَمْ غَيْرَ أَنِّي لا أَقُوْلُ إِلا حَقَّا

Maksudnya: Ya aku bergurau tetapi aku tidak berkata melainkan perkara yang benar. (Hr Tirmizi dan Ahmad – sanadnya hasan)